Senin, 16 November 2009

makalah BioLogi

KLASIFIKASI BUNGA

(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Biologi Umum)

Dosen MK : Ratna Fitri Yeni SP.,MP


Disusun oleh :

Saifudin 061166

Halimatu Syadiah 061165

Yusti Larassaty 061126

Ayuningtiyas 09

Euis Inayatillah 090863

Dimas Olwan Hasibuan 090981

Jurusan Agroekoteknologi

Fakultas Pertanian

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2009

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, pada saat ini, pada detik ini, sampai dengan kesempatan ini tiada kata yang pantas terucap, tiada kalimat yang patut terungkap, selain untaian persembahan syukur…Puja Allah, azza wa jalla dan Puji Robbul izzati..Tuhan seluruh alam yang telah memberikan begitu banyak limpahan rahmat, anugerah dan karuniaNya yang begitu luar biasa kepada kita sehingga kita masih bisa merasakan indahnya nikmat ini…kita, khususnya kami masih bisa menyelesaikan makalah ini.

Shalawat serta salam senantiasa kita senandungkan dengan syahdunya kepada uswah kita, qudwah kita, sang revolusioner sejati Islam, sang pembawa risalah indah ini, Habibina wasyafiina, wa maulana Muhammad Rasulullah SAW, kepada keluarganya yang telah membimbingnya…kepada sahabat yang telah setia menemaninya…serta kita selaku umatnya yang InsyaAllah setia hingga akhir zaman..amien

Dalam makalah ini, kami membahas tentang klasifikasi bunga. Kami sadari bahwa dalam makalah ini banyak terdapat kesalahan, baik dari isi maupun dalam hal penyampaiannya. Untuk itu kami memohon maaf dan maklum serta selalu mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca yang budiman serta para pembimbing yang bijak.

Akhir kata, semoga tulisan yang sederhana ini bisa bermanfaat, khususnya bagi kami dan umumnya bagi rekan-rekan semua dan semoga dapat menambah khazanah keilmuan kita..amien

Penyusun

Serang’ November 2009

DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................ i

Daftar Isi.................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1

BAB II ISI............................................................................................................................... 15

BAB III KESIMPULAN........................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

Pada abad ke 18 (sekitar 250 tahun lalu), Carolus Linnaeus, ahli Botani warga Swedia, memperkenalkan sistem klasifikasi makhluk hidup berdasar kepada penampakan fisiknya. Sebelumnya pun sudah ada metoda klasifikasi namun tidak lengkap dan sebagus yang diusulkan ole Linneaus. Setiap organisme sejenis masuk dalam kelompok species, species kepada genus, setiap genus ke family tertentu; yang urutan klasifikasinya dari atas: kingdom, phylum, class, ordo, family, genus, species. Suatu yang khas terjadi pada masa itu, biologi pun dicampur adukkan dengan teologi, Linneaus pun pernah mengatakan “Tuhan menciptakan, Linnaeus mengklasifikasikan”.

Kemudian munculah Darwin dengan teori evolusinya bahwa kehidupan di bumi ini berhubugan erat dengan pohon evolusi raksasa, dengan organisme ber-sel satu dibagian akarnya dan species yang survive di masa ini ada di puncaknya. Antara akar dan puncak pohon terdapat jutaan (kalau tidak milyaran) cabang yang menunjukkan masa-masa sejarah berkembangnya evolusi mahluk hidup. Taxonomi dari Linneus ini pun tetap dipakai karena sistem klasifikasi berdasar kemiripan ini sesuai dengan apa yang jadi fakta evolusi juga: mahluk hidup yang mirip cenderung ‘berkerabat dekat’.

Namun perkembangan pesat teori evolusi terutama dengan berbagai penemuan fosil di abad lalu, makin menunjukkan bahwa klasifikasi berdasasar kemiripan dari Linneus ini tidak cukup bagus lagi. Misalnya Willi Hennig, entomolog dari Jerman pada 1960-an memperkenalkan cladistik, suatu metoda penentuan cabang dalam pohon kehidupan. ‘Penyesuaian’ pada metoda taxonomi Linneus ini mengelompokkan organisme berdasar pada leluhurnya dibanding hanya berdasar kemiripan. Namun pembaharuan ini pun dianggap makin membuat kesimpangsiuran oleh saintis yang kemudian memperkenalkan sistem klasifikasi baru yang bernama Phylocode.

Dengan kata lain, kelompok Phylocode beranggapan lebih baik mulai dari awal lagi melakukan klasifikasi mahluk hidup yang bukan berdasar kemiripan seperti yang diusung oleh Linneus hampir 3 abad lalu itu. Salah satu penggagasnya, Jacques Gauthier, berpendapat bahwa biologi telah banyak berubah sejak Darwin, namun system klasifikasinya tidak (baca: taxonomi Linneus).

Tentu saja ini mendapat tentangan yang luar biasa, karena akan membawa dampak pada perubahan radikal, mulai dari penyesuaian buku teks, manual, serta perubahan klasifikasi jutaan mahluk hidup yang pernah dibuat sebelumnya. Seperti biasa kemunculan ide baru dalam sains, selalu ada pihak yang mempertahankan ide lama walau dirasa itu makin kurang memuaskan. Dan biasanya ide baru baru tumbuh subur kalau terjadi ‘proses alamiah’, yaitu melalui pergantian generasi dari para pendukung ide lama. Hal ini berhubung saintis generasi baru biasanya tidak terikat secara emosional dengan ide lama dan biasanya relatif terbuka dengan adanya perubahan.

Sebagai ilustrasi digambarkan tiga sistem klasifikasi mahluk hidup untuk ular boa, buaya amerika dan burung pipit berdasar taxonomy Linneus dan PhyloCode.

linneus

phylocode

Phylocode mengelompokkan ular boa, buaya amerika dan burung pipit dalam satu kelompok kekerabatan yang sama (reptilia), karena berdasar kejadian evolusi mahluk hidup, bahkan kekerabatan burung pipit lebih dekat ke buaya dibanding ke ular boa, sedangkan Linneus tidak melakukannya karena memang dari segi penampakkan fisik sangat jauh berbeda. Perlukah siswa mengetahui debat aktual dalam biologi seperti halnya pada system klasifikasi makhluk hidup? Relevansi memunculkan masalah ini lebih dari sekedar menunjukkan perkembangan mutakhir ilmu pengetahuan, juga memperkenalkan pada siswa bahwa ide-ide dalam sains terus direvisi dengan adanya penemuan baru dan sains pun melakukannya secara reguler.

Sistem Klasifikasi Lima Kingdom

Semula para ahli hanya mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kerajaan, yaitu kerajaan tumbuhan dan kerajaan hewan. Dasar para ahli mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kerajaan. Kenyataan bahwa sel kelompok tumbuhan memiliki dinding sel yang tersusun dari selulosa.

Tumbuhan memiliki klorofil sehingga dapat membuat makanannya sendiri melalui proses fotosintesis dan tidak dapat berpindah tempat dan hewan tidak memiliki dinding sel sementara hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri, dan umumnya dapat berpindah tempat.

Namun ada tumbuhan yang tidak dapat membuat makanannya sendiri, yaitu jamur (fungi). Berarti, tumbuhan berbeda dengan jamur maka para ahli taksonomi kemudian mengelompokkan makhluk hidup menjadi tiga kelompok, yaitu Plantae (tumbuhan), Fungi (jamur), dan Animalia (hewan).

Setelah para ahli mengetahui struktur sel (susunan sel) secara pasti, makhluk hidup dikelompokkan menjadi empat kerajaan, yaitu Prokariot, Fungi, Plantae, dan Animalia, Pengelompokan ini berdasarkan ada tidaknya membran inti sel. Sel yang memiliki membran inti disebut sel eukariotik, sel yang tidak memiliki membran inti disebut sel prokariotik.

Pada tahun 1969 Robert H. Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi lima kingdom, yaitu Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia. Pengelompokan ini berdasarkan pada susunan sel, cara makhluk hidup memenuhi makanannya, dan tingkatan makhluk hidup.

Penjelasan Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup Lima Kingdom:

1. Kingdom Monera

Para makhluk hidup di Kingdom Monera berupa makhluk hidup sel tunggal (uniseluler). Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Monera memiliki sel prokariotik (sel sederhana yang mempunyai kapsul sebagai lapisan terluarnya dan dinding sel didalamnya). Kelompok Monera ini terdiri dari Eubacteria (selama ini kita mengenalnya sebagai bakteri) dan Archaebacteria (bakteri yang hidup pada habitat ekstrim).

2. Kingdom Protista

Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Protista memiliki sel eukariotik. Protista memiliki tubuh yang tersusun atas satu sel atau banyak sel tetapi tidak berdiferensiasi. Protista umumnya memiliki sifat antara hewan dan tumbuhan. Kelompok ini terdiri dari Protista menyerupai tumbuhan (ganggang), Protista menyerupai jamur, dan Protista menyerupai hewan (Protozoa, Protos: pertama, zoa: hewan). Protozoa mempunyai klasifikasi berdasarkan sistem alat geraknya, yaitu Flagellata/Mastigophora (bulu cambuk, contoh Euglena, Volvox, Noctiluca, Trypanosoma, dan Trichomonas), Cilliata/Infusiora (rambut getar, contoh Paramaecium), Rhizopoda/Sarcodina (kaki semu, contoh Amoeba), dan Sporozoa (tidak mempunyai alat gerak, contoh Plasmodium).

3. Kingdom Fungi (Jamur)

Fungi memiliki sel eukariotik. Fungi tak dapat membuat makanannya sendiri. Cara makannya bersifat heterotrof, yaitu menyerap zat organik dari lingkungannya sehingga hidupnya bersifat parasit dan saprofit. Kelompok ini terdiri dari semua jamur, kecuali jamur lendir (Myxomycota) dan jamur air (Oomycota). Beberapa kelompok kelas antara lain:

a. kelas Myxomycetes (jamur lendes) contoh nya [[Physarum policephalius]].

b. kelas Phycomycetes (jamur ganggang) contoh nya jamur tempe (Rhizopusorizae, mucor mue

4. Kingdom Plantae (Tumbuhan)

Tumbuhan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya terdiri dari banyak sel yang telah berdiferensiasi membentuk jaringan. Tumbuhan memiliki kloroplas sehingga dapat membuat makanannya sendiri (bersifat autotrof). Sel tumbuhan juga mempunyai dinding sel, plastida, dan ukuran vakuola yang cenderung besar (melebihi ukuran nukleus/inti). Tumbuhan terdiri dari tumbuhan lumut (Bryophyta), tumbuhan paku (Pteridophyta), tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae), dan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae).

5. Kingdom Animalia (Hewan)

Hewan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya tersusun atas banyak sel yang telah berdiferensiasi membentuk jaringan. Hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri sehingga bersifat heterotrof. Kelompok ini terdiri dari semua hewan, yaitu hewan tidak bertulang belakang (invertebrata/avertebrata) dan hewan bertulang belakang (vertebrata).

Pada tahun 1970-an seorang mikrobiolog bernama Carl Woese dan peneliti lain dari university of Illinois menemukan suatu kelompok bakteri yang memiliki ciri unik dan berbeda dari anggota kingdom Monera lainnya. Kelompok tersebut dinamakan Archaebacteria. Archaebacteria lebih mendekati makhluk hidup eukariot dibandingkan bakteri lain yang merupakan prokraiot. Hal itu menyebabkan terciptanya sistem klasifikasi 6 kingdom pemisah kingdom Archaebacteria dari anggota kingdom Monera lain yang kemudaian disebut Eubacteria. Namun hingga sekarang yang diakui sebagai sistem klasifikasi standar adalah sistem Lima Kingdom yang ditemukan oleh Whittaker.

Divisio

Dalam biologi, divisio atau divisi adalah istilah yang sama dengan filum. Divisio dipakai dalam taksonomi untuk kerajaan tumbuhan dan fungi. Terdapat beberapa versi divisio tumbuhan, namun versi-versi ini umumnya sepakat pada sebagian besar pembagian. Divisio-divisio tersebut adalah

1. Bryophyta (Lumut-lumutan),

Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam divisio Bryophyta (dari bahasa Yunani bryum, "lumut"). Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: "serupa akar"). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.

Tumbuhan lumut memiliki peran dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai spons), dan sebagai penyerap polutan. Beberapa tumbuhan lumut dimanfaatkan sebagai ornamen tata ruang. Beberapa spesies Sphagnum dapat digunakan sebagai obat kulit dan mata.

2. Pteridophyta

Tumbuhan paku (atau paku-pakuan, Pteridophyta atau Filicophyta), adalah satu divisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi.

Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan ini cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti perilaku moyangnya di zaman Karbon, yang juga dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku karena merajai hutan-hutan di bumi. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil sekarang ditambang orang sebagai batu bara.

Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa pohon (paku pohon, biasanya tidak bercabang), epifit, mengapung di air, hidrofit, tetapi biasanya berupa terna dengan rizoma yang menjalar di tanah atau humus dan ental (bahasa Inggris frond) yang menyangga daun dengan ukuran yang bervariasi (sampai 6 m). Ental yang masih muda selalu menggulung (seperti gagang biola) dan menjadi satu ciri khas tumbuhan paku. Daun pakis hampir selalu daun majemuk. Sering dijumpai tumbuhan paku mendominasi vegetasi suatu tempat sehingga membentuk belukar yang luas dan menekan tumbuhan yang lain.

Daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase utama:gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus (prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab.

Dari prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.

Divisio Pteridophyta
dengan empat kelas monofiletik yaitu : Psilotopsida mencakup Ophioglossales, equisetopsida, marattiopsida dan polypodiopsida (=Pteridopsida, Filicopsida).

Divisi terakhir ini mencakup semua tumbuhan yang biasa dikenal sebagai paku sejati. Berikut adalah klasifikasi lengkap menurut Smith et al. (2006):

  1. Kelas Psilotopsida

· Bangsa Ophioglossales

Suku Ophioglossaceae (termasuk Botrychiaceae, Helminthostachyaceae)

· Bangsa Psilotales

Suku Psilotaceae (termasuk Tmesipteridaceae)

  1. Kelas Equisetopsida [=Sphenopsida]

· Bangsa Equisetales

Suku Equisetaceae

  1. Kelas Marattiopsida

· Bangsa Marattiales

· Suku Marattiaceae (termasuk Angiopteridaceae, Christenseniaceae, Danaeaceae, Kaulfussiaceae)

  1. Kelas Polypodiopsida [=Filicopsida, Pteridopsida]

· Bangsa Osmundales

Suku Osmundaceae

· Bangsa Hymenophyllales

Suku Hymenophyllaceae (termasuk Trichomanaceae)

· Bangsa Gleicheniales

Suku Gleicheniaceae (termasuk Dicranopteridaceae, Stromatopteridaceae)

Suku Dipteridaceae (termasuk Cheiropleuriaceae)

Suku Matoniaceae

· Bangsa Schizaeales

Suku Lygodiaceae

Suku Anemiaceae (termasuk Mohriaceae)

Suku Schizaeaceae

· Bangsa Salviniales

Suku Marsileaceae (termasuk Pilulariaceae)

Suku Salviniaceae (termasuk Azollaceae)

· Bangsa Cyatheales

Suku Thyrsopteridaceae

Suku Loxomataceae

Suku Culcitaceae

Suku Plagiogyriaceae

Suku Cibotiaceae

Suku Cyatheaceae (termasuk Alsophilaceae, Hymenophyllopsidaceae)

Suku Dicksoniaceae (termasuk Lophosoriaceae)

Suku Metaxyaceae

· Bangsa Polypodiales

Suku Lindsaeaceae (termasuk Cystodiaceae, Lonchitidaceae)

Suku Saccolomataceae

Suku Dennstaedtiaceae (termasuk Hypolepidaceae, Monachosoraceae, Pteridiaceae)

Suku Pteridaceae (termasuk Acrostichaceae, Actiniopteridaceae, Adiantaceae, Anopteraceae, Antrophyaceae, Ceratopteridaceae, Cheilanthaceae, Cryptogrammaceae, Hemionitidaceae, Negripteridaceae, Parkeriaceae, Platyzomataceae, Sinopteridaceae, Taenitidaceae, Vittariaceae)

Suku Aspleniaceae

Suku Thelypteridaceae

Suku Woodsiaceae (termasuk Athyriaceae, Cystopteridaceae)

Suku Blechnaceae (termasuk Stenochlaenaceae)

Suku Onocleaceae

Suku Dryopteridaceae (termasuk Aspidiaceae, Bolbitidaceae, Elaphoglossaceae, Hypodematiaceae, Peranemataceae)

Suku Lomariopsidaceae (termasuk Nephrolepidaceae)

Suku Tectariaceae

Suku Oleandraceae

Suku Davalliaceae

Suku Polypodiaceae (termasuk Drynariaceae, Grammitidaceae, Gymnogrammitidaceae, Loxogrammaceae, Platyceriaceae, Pleurisoriopsidaceae)

3. Tumbuhan berbiji (Spermatophyta)

Spermatophyta (tumbuhan berbiji) memiliki ciri-ciri antara lain: makroskopis dengan ketinggian bervariasi, bentuk tubuhnya bervariasi, cara hidup fotoautotrof, habitatnya kebanyakan di darat tapi ada juga yang mengapung di air (teratai), mempunyai pembuluh floem dan xilem, reproduksi melalui penyerbukan (polinasi) dan pembuahan (fertilisasi). Tumbuhan biji dibedakan menjadi dua golongan yaitu tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae).

a. Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka).

Ciri-ciri gymnospermae tidak mempunyai bunga sejati, tidak ada mahkota bunganya. Bakal biji terdapat di luar permukaan dan tidak dilindungi oleh daun buah, merupakan tumbuhan heterospora yaitu menghasilkan dua jenis spora berlainan, megaspora membentuk gamet betina, sedangkan mikrospora menghasilkan serbuk sari, struktus reproduksi terbentuk di dalam strobilus. Dalam reproduksi terjadi pembuahan tunggal.

Gymnospermae dibagi dalam empat kelompok yaitu pinophyta, cycadophyta, ginkgophyta dan gnetophyta. Pinophyta dikenal sebagai konifer, menghasilkan resin/getah, monoesis, daun berbentuk jarum, contohnya Pinus sp. Cycadophyta hidup di daerah tropis dan subtropis, diesis, contohnya Cycas revoluta, Cycas rumphii, Encephalartos transvenosus. Ginkgophyta hanya mempunyai satu spesies di dunia ini yaitu Ginkgo biloba, diesis, biji tidak di dalam rujung benar-benar terbuka ke udara bebas. Gnetophyta berbeda dengan kelompok lainnya karena memiliki pembuluh kayu untuk mengatur air pada bagian xilemnya.

Contohnya Gnetum gnemon, Epherda dan Welwitschia. Manfaat gymnospermae yaitu untuk industri kertas dan korek api (Pinus dan Agathis), untuk obat-obatan (Pinus, Ephedra, Juniperus), untuk makanan (Gnetum gnemon), tanaman hias (Thuja, Cupressus, Araucaria).

b.Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup).

Ciri-ciri Angiospermae memiliki bakal biji atau biji yang tertutup oleh daun buah, mempunyai bunga sejati, umumnya tumbuhan berupa pohon, perdu, semak, liana dan herba. Dalam reproduksi terjadi pembuahan ganda. Angiospermae dibedakan menjadi dua yaitu Monocotyledoneae (berkeping satu) dan Dicotyledoneae (berkeping dua).

*Monocotyledoneae
Mempunyai biji berkeping satu, berakar serabut, batangnya dari pangkal sampai ujung hampir sama besarnya. Umumnya tidak bercabang. Akar dan batang tidak berkambium. Contohnya: Oryza sativa (padi), Zea mays (jagung), Musa paradisiaca (pisang), Cocos nucifera (kelapa).

*Dicotyledoneae
Mempunyai biji jumlah kepingnya dua, berakar tunggang, batang dari pangkal besar makin ke atas makin kecil. Batang bercabang, akar dan batang berkambium. Contohnya: Casia siamea (johar), Arachis hypogea (kacang tanah), Psidium guajava (jambu biji), Ficus elastica (karet).

BAB II

ISI

Anggrek Vanda

Kata vanda berasal dari bahasa sanskrit yang artinya indah. Sir. W. Joneslah yang memberikan nama pada anggrek Vanda ini pada tahun 1795. spesies anggrek Vanda pertama ditemukan pada tahun 1795 dan diberi nama Vanda tessellata Roxb. Naman tersebutsesuai dengan naman penemunya yaitu William Roxburgh.

Vanda beserta kerabatnya merupakan anggrek tropis yang mudah tumbuh, mudah perawatannya, mudah diperbanyak, indah bunganya. Genus Vanda diperkirakan berjumlah 40 spesies. Penyebaran Vanda di kawasan Asia tropis luas. Vanda dapat tumbuh pada iklim yang sangat beragam, mulai dari iklim tropis panas hingga iklim yang sangat dingin.

Vanda tergolong anggrek tipe monopodial. Artinya, batang utama Vanda tumbuh terus ke atas tanpa batas. Anggrek vanda tumbuh terus ke atas tanpa batas. Anggrek Vanda ada yang tumbuh pada habitatnya sebagai anggrek teresterial dan anggrek epifit. Anggrek memiliki batang dan perakaran yang kuat.

Klasifikasi Vanda

Pada umumnya, setiap tanaman mempunyai nama. Bahkan jenis tanaman tertentu mempunyai nama lokal atau naman daerah. Oleh karena itu, untuk keseragaman pemberian nama tumbuhan dalam ilmu pengetahuan digunakan nama ilmiah atau nama botani. Untuk mempermudah komunikasi maka digunakan bahas latin berdasarkan binomial nomenclature. Binomial nomenclature yaitu tata naman ganda yang dipelopori oleh lineaeus tahun 1750-an, yang terdiri dari dua kata yaitu genus dan spesies.

Sistem klasifikasi anggrek vanda menurut Dressler and Dodson (1960) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae

Subfamili : Epidendroideae

Genus : Vanda

Adapun contoh spesies Vanda sebagai berikut :

v Vanda amesiana

v Vanda brunnea

v Vanda coerulescens

v Vanda dearei

v Vanda teres

v Vanda limbata

v Vanada tristata

v Vana pumila

v Vanda tessellata

v Vanda tricolor

Karakteristrik Vanda

1. Bunga

Bunga vanda merupakan bunga majemuk yang tersusun dalam rangkaian berbentuk tandan. Umumnya warna bunga biru keunguan. Dalam satu tandan terdiri dari 1 hingga lebih dari 15 kuntum. Letak karangan bunga di lateral atau sisi – sisi batang dengan tangkai bunga keluar antara dua ketiak daun (pleuranthe). Bunga berukuran sedang sampai besar dan melebar.

Bunga Vanda memiliki lima bagian utama yaitu sepal (daun kelopak), petal (daun mahkota), stamen (benang sari) pistil (putik), dan ovari (bakal buah). Sepal anggrek berjumlah tiga buah. Sepal bagian atas disebut sepal dorsal. Sedangkan dua lainnya disebut sepal lateral. Petal anggrek berjumlah tiga buah. Petal pertama dan kedua letaknya berseling dengan sepal, sedangkan petal ketiga petal ketiga mengalami modifikasi menjadi labelum (bibir).

Susunan sepal dan petal bebas, tetapi ukurannya hampir sama. Labelum bertaji tiga dengan taji tengahnya berwarna lebih gelap. Taji tersebut berbentuk kerucut dan tumpul. Pada labelum trapat gumpalan seperti masa sel (kalus) yang engandung protein, minyak, dan zat pewangi yang berfungsi menarik serangga. Keberadaan serangga dapat membantu polinasi. Bagian tengah bunga terdaat gynandrium yang merupakan tempat alat reproduksi jantan (androecium) dan alat reproduksi betina (gynoecium).

2. Daun

Bentuk daun bermacam-macam seperti subulate (jarum), linear (pita), oblong (lonjong), ovate (bulat telur), spathulate (sendok), lanceolate (lanset), obovate (bulat telur sungsang), trullate (sekop), cordate (jantung), triangular(segitiga), sagittate (panah), hastate (mata tombak). Tebal daunnya beragam, mulai dari tipis sampai berdaging tebal dan kaku. Sementara lebar daunnya pun ada yang sempit dan ada pula yang lebar. Vanda digolongkan sebagai kelompok evergreen. Artinya, daunnya tetap segar dan tdak gugur secara serentak.

3. Akar

Akar anggrek bervelamen. Artinya, lapisan luar akarnya terdiri dari beberapa lapis sel, berongga, transparan. Velamen ini berfungsi melindungi akar dari kehilangan air selama proses transpirasi (penguapan), menyerap air, melindungi bagian dalam akar, serta membantu melekatkan akar pada yang ditumpangi.

Akar anggrek Vanda banyak muncul dari ruas-ruas batang di antara dua ketiak daun. Akar trsebut dikenal dengan nama akar udara (aerial root). Pada umumnya akar anggrek berbentuk silindris, ujung runcing, berdaging, lunak, dan mudah patah. Akar telihat sehat dan aktif bila tampak berwarna putih keperakan dengan bagian ujung akar berwarna transparan seperti hijau kekuningan, hijau, atau agak keunguan. Selain itu,akar berdaging, lunak, runcing, lcin, sedikit lengket, dan mudah patah. Sementara akar yang tidak aktif dan sudah tua akan tampak berwarna puth kering keperakan atau coklat dan kering.

4. Batang

Anggrek Vanda tergoling dalam tipe monopodial. Artinya, Vanda mempunyai batang utama dengan petumbuhan tidak terbatas. Bentuk batangnya lurus ramping, serta tidak berumbi. Tangkai bunga akan keluar pada sisi batangnya yaitu pada ruas diantara dua ketiak daun. Tangkai bunga tersebut keluar secara bergantian pada sisi batang sepanjang hidupnya.

5. Buah

Buah anggrek berbentuk kapsular. Di dalamnya terdapat biji berukuran sangat kecil dan halus, seperti tepung. Biji anggrek tidak memiliki endosperm (cadangan makanan) sehingga dalam perkecambahannya diperlukan tambahan nutrisi dari luar atau lingkungan sekitar.

BAB III

KESIMPULAN

Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam divisio Bryophyta (dari bahasa Yunani bryum, "lumut"). Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh.

Spermatophyta (tumbuhan berbiji) memiliki ciri-ciri antara lain: makroskopis dengan ketinggian bervariasi, bentuk tubuhnya bervariasi, cara hidup fotoautotrof, habitatnya kebanyakan di darat tapi ada juga yang mengapung di air (teratai), mempunyai pembuluh floem dan xilem, reproduksi melalui penyerbukan (polinasi) dan pembuahan (fertilisasi).

Tumbuhan biji dibedakan menjadi dua golongan yaitu tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae).

Bunga vanda merupakan bunga majemuk, Bunga Vanda memiliki lima bagian utama yaitu sepal (daun kelopak), petal (daun mahkota), stamen (benang sari) pistil (putik), dan ovari (bakal buah).

Akar anggrek bervelamen. Velamen berfungsi melindungi akar dari kehilangan air selama proses transpirasi (penguapan), menyerap air, melindungi bagian dalam akar, serta membantu melekatkan akar pada yang ditumpangi.

DAFTAR PUSTAKA

Darmono, Dyah Widiastoety.2005. Budi daya Anggrek Vanda. Jakarta : Penebar Swadaya

http://deceng.wordpress.com/2007/11/08/klasifikasi-mahluk-hidup/.

http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_ilmiah.

2 komentar:

  1. thanks dah bantu tugass makalah Qta.................................!!!!!

    BalasHapus
  2. sama2..
    keep smiLe & spirit

    BalasHapus